Oleh Sr. Faustina, PIJ
Memang benar, saya pernah datang ke
Civita 15 tahun yang lalu, saat itu mengantar murid-murid kelas IX SMPK Sang
Timur, Ciledug untuk retret di Civita. Namun sekarang, semuanya telah BERUBAH!
DATANG DAN LIHAT
“
Marilah dan kamu akan melihatnya” . Mereka pun datang dan melihat di sana. …(
Yohanes 1 : 39 ).
Tanggal
23 Juli 2013, Kongregasi mengutus saya untuk belajar mendampingi kaum muda di
Civita Youth Camp Keuskupan Agung Jakarta. Ketika saya menginjakkan kaki di
Civita, suasana sunyi, hening dan meditatif memasuki kalbu, menggetarkan hati.
Suasana yang sangat membantu untuk merasakan kehadiran Tuhan.
Saya
melangkah dan melihat lukisan-lukisan yang terpampang pada tembok.
Lukisan-lukisan indah yang menambah kesejukan dan keakraban. Sunyi yang
menghidupkan. Sunyi yang menginspirasi. Dengan masih membawa koper klasik, saya
terus melangkah. “Wow ada empang besar yang masih dipertahankan sejak 15 tahun
yang lalu” bisikku dalam hati. Inilah KEKHASAN PERTAMA. Empang yang luas dan
ikan yang banyak. Apalagi di tengah empang ada GAZEBO yang dihubungkan lewat
titian. Semua orang betah tinggal berlama-lama di tempat ini, untuk menikmati
keindahan alam dan memberi makan ikan-ikan yang lucu itu, sampai-sampai ada
ikan yang mati karena kekenyangan. Sepertinya, hanya rumah retret Civita yang
mempunyai empang seluas ini. Bangga dong!
Saya
terus melangkah dan melihat dengan kagum pohon-pohon besar yang ada di Civita.
Inilah KEKHASAN KE DUA. Pohon-pohon itu membuat Civita teduh, rindang dan
sejuk. Tanpa AC, Civita sudah dingin. Halaman luas itu dilengkapi dengan rumput
yang hijau dan tertata rapi, binatang peliharaan dalam sangkar yang dicat warna-warni.
Saya yakin, di Jakarta ini, hanya Civita yang mempunyai kerindangan alami
seperti ini.
Saya
terus melangkah lagi dan pandangan tertuju pada ”stadion” Civita. “Stadion” ini
dipergunakan kaum muda untuk mengekspresikan kemampuannya. Dan yang istimewa,
di stadion ini, ada Gua Maria dan altar untuk misa. Semua dirancang dengan
alami sesuai dengan alur pohon-pohon besar yang ada di Civita. Waktu saya di
sana, “stadion” ini belum jadi, namun saya yakin, inilah KEKHASAN KETIGA,
“stadion” atau lebih tepatnya amfiteater yang di dalamnya terdapat altar dan
Gua Maria Rosa Mistika.
Halaman
dan lapangan yang luas sangat cocok untuk camping
dan out bound membuat Civita
benar-benar “pas” untuk pembinaan kaum muda yang perlu tempat longgar untuk
bergerak.
BINTANG BETLEHEM.
“Dan
lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka. Hingga tiba
dan berhenti di atas tempat, di mana ANAK itu berada. Ketika mereka melihat
bintang itu, sangat BERSUKACITALAH mereka…“ (Matius 2:9b, 10).
Saya
mendapat bekal teori dan pengenalan tempat kurang lebih selama dua minggu.
Kemudian setelah itu langsung terjun mendampingi anak-anak dan kaum muda.
Setelah selesai satu sekolah, kami mengadakan evaluasi bersama, duduk bareng
untuk melihat semua yang telah dilaksanakan dan mempelajari evaluasi dari
anak-anak. Ada materi yang dipertahankan, ada yang diperbaiki, ada yang
dihilangkan atau dikombinasikan agar lebih nyambung.
Civita
menekankan “TIM WORK” untuk membina kaum muda dan ini efektif dan tidak
melelahkan. Walaupun harus tidur larut malam dan bangun pagi-pagi. Semuanya
bermakna dan tidak ada yang sia-sia.
Seperti
tiga orang Majus dari Timur, yang berjalan dengan ditunjukkan dengan bintang
dan berhenti di Betlehem, demikian juga para imam, frater, suster, anak-anak, kaum
muda dan umat di paroki di Keuskupan Agung Jakarta dan sekitarnya berjalan
dengan ditunjukkan bintang untuk berhenti di Civita. Inilah BETLEHEM MASA KINI
untuk mempertebal iman, tetap jujur, berjalan lurus, dan berani membela
kebenaran.
AIR KEHIDUPAN
“Tuhan,
berilah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak pernah datang lagi ke sini
untuk menimba air” (Yoh 4:15b).
“Air
kehidupan” yang dapat dijumpai di Civita ini pertama-tama berupa materi yang
cocok untuk pembinaan kaum muda pada zaman canggih ini. Pembinaan jasmani dan
rohani yang seimbang, tidak hanya dinamika kelompok. Tema tiap jenjang
pendidikan berbeda sesuai dengan perkembangan psikologi peserta. Kekhasan
retret di Civita adalah PENGAKUAN DOSA.
Selama
tiga setengah bulan di Civita, saya melihat anak-anak, kaum muda dan umat yang
datang ke Civita pulang dengan wajah ceria dan niat yang tulus untuk berubah.
Mereka mendapat air kehidupan yang datang dari Allah sendiri. Ada sekolah yang
setia setiap tahun menghantar anak-anaknya untuk retret di Civita sampai 20
tahun. Selain tema yang sudah disediakan Tim Civita juga melayani
sekolah-sekolah yang meminta tema khusus untuk pembinaan siswanya dengan
sukacita.
Di
tengah hiruk pikuk ibu kota Jakarta, Civita Youth Camp menawarkan keheningan.
Di tengah kegersangan kota Jakarta, Civita menyuguhkan kesegaran. Di tengah
ke-”aku”-an kota Jakarta, Civita mengajarkan kerja sama dan bela rasa. Di
tengah kebekuan kota Jakarta, Civita mempersembahkan kejujuran dan keberanian
membela yang benar. Di tengah kesibukan kota Jakarta, Civita mengajak untuk
berhenti sejenak, merefleksikan hubungan kita dengan SANG PENCIPTA.
Di
usia yang cukup dewasa ini, saya yakin Civita selalu menjadi idaman setiap
orang, kebanggaan Keuskupan dan wadah pembinaan yang handal.
PROFICIAT,
MAJU TERUS TUHAN MEMBERKATI!
Sr.
Faustina PIJ