Hari Proklamasi dan Nilai Instrinsik Pancasila

Oleh Samito Dirdjo

Bapak Samito Dirdjo adalah salah satu pembicara dalam Seminar Sehari yang dilaksanakan di Aula Gereja St. Theresia pada Minggu, 5 Januari 2014. Tema seminar ini adalah “Retret, Kaderisasi dan Pembentukan Karakter Orang Muda Katolik”. Tema ini ingin memaknai kembali bahwa retret sebagai salah satu model kaderisasi rohaniah bagi Orang Muda Katolik (OMK) dan pembentukan karakter orang muda demi masa depan Gereja, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam seminar ini Bapak Sasmito mewakili umat beriman yang mempunyai banyak peran di dunia politik maupun militer dan sekarang menjadi pemerhati orang muda di World Vision Indonesia. Beliau mengawali seminar dengan menunjukkan dimensi yang ada dalam diri setiap orang. Di dalam diri setiap orang terdapat beberapa dimensi berikut ini. Pertama, dimensi karakter artinya sifat-sifat kejiwaan atau akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak, kepribadian. Dalam arti ini tidak ada orang yang sama identik karakternya meskipun kembar identik, kita semua berbeda karakter.
Kedua dimensi atau segi mental yang artinya bersangkutan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga. Mental seseorang tidak terlihat secara kasat mata namun terwujud dari perilakunya. Ketiga dimensi spiritual yaitu dimensi yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani atau batin). Dimensi ini lebih masuk pada ranah iman karena menyangkut kepercayaan seseorang.
Keempat dimensi intelektual. Intelektual berarti cerdas, berakal, berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan atau mempunyai kecerdasan tinggi. Dimensi ini lebih mengarah pada daya piker, rasio dan perhitungan. Dan kelima dimensi yang terakhir adalah dimensi jasmani. Tidak ada seorang pun yang hidup tanpa tubuh atau badan. Maka sesorang pertama kali dilihat/diamati dan dinilai dari segi jasmaninya meskipun apa yang nampak dari luar belum tentu mencerminkan yang di dalam, dan sebaliknya.
Dari kelima dimensi tersebut Pak Sasmito kemudian masuk ke dalam pembicaraan tentang landasan pemikiran tentang nilai-nilai kebangsaan. Orang muda yang lahir di Indonesia apakah ia pasti mencintai bangasnya? Untuk dapat sampai kepada rasa cinta perlu proses. Ada hal-hal yang membuat seseorang mencintai sesuatu. Di sana ada landasan, dan dalam mencintai bangsa Indonesia berikut ini beberapa landasan yang dapat menjadi latar belakang. Pertama, landasa historis terkait sejarah bangsa dengan masa-masanya; kedua, landasan filisofis yaitu falsafah bangsa Indonesia Pancasila; ketiga, landasan yuridis yang artinya terkait dengan undang-undang; keempat, landasan sosiologis dan kelima, landasan kultural yang menyangkut tatanan dalam masyarakat dan adat istiadat yang ada di dalamnya terdapat kepercayaan iman atau religiusitas masyarakat. Semua landasan ini jika digabungkan akan mewujudkan sikap cinta dan menghargai bangsa dan negara. Atau yang lebih dikenal dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.
Nilai-nilai kebangsaan tersebut bersumber pada empat konsensus bangsa yaitu ideologi negara Pancasila; konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945; bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan Masyarakat yang berada dalam satu paham keindonesiaan yang berbhineka tunggal ika.
Nilai-nilai kebangsaan ini merupakan kristalisasi nilai yang terkandung dalam konsensus dasar negara yaitu Pancasila. Di dalamnya terdapat nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, keadilan sosial, nilai pluralisme dan multikulturalisme serta nilai patriotisme. Nilai-nilai ini yang diperjuangkan para pendiri bangsa pada masa penjajahan hingga kemerdekaan dan sekarang ini.
Sebagai bangsa yang besar, dengan berbagai suku, kepercayaan dan yang tinggal di tanah air kepulauan yang begitu luas, dalam perjalanan hidupnya hendaklah menghayati nilai-nilai kebangsaan yang begitu agung.
Penghayatan nilai-nilai kebangsaan akan mengarahkan kita pada jalan yang benar menuju perwujudan bangsa dan negara yang adil, makmur, gemah ripah loh jinawi, dan mampu menghadapi segala hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan apapun bentuknya.
Orang Muda Katolik adalah harapan bagi masa depan bangsa. Berikanlah yang terbaik dari apa yang anda miliki dan anda kerjakan demi kejayaan bangsa dan negara. Persiapkanlah diri anda dengan sebaik baiknya agar anda dapat melakukan yang terbaik sebagaimana harapan Gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini rumah retret Civita yang telah berusia 40 tahun mempunyai banyak pengalaman tentang bagaimana mendampingi orang muda di Jakarta dan sekitarnya. Semoga karya pendampinga orang muda di Civita dapat terus berjalan dengan baik seturut kehendak Tuhan.
Kiranya Tuhan selalu memberkati bangsa dan negara kita. Amin
                                                                  Terimakasih
                                                        Jakarta, 5 Januari 2014
                                                           Sasmito Dirdjo

Tulisan ini merupakan cuplikan materi Seminar Sehari dengan tema “Retret, Kaderisasi dan Pembentukan Karakter Orang Muda Katolik” pada Minggu, 5 Januari 2014 di Aula Gereja St. Theresia, Jakarta.
Berikutnya
« Prev Post
Sebelumnya
Next Post »